Rabu, 20 September 2017

NAMA            : M. Kholil Mubarok
NIM                : 15032030
MAKUL         : Keterampilan Menulis






Musim Semi
Aku pohon hijau yang begitu subur
Merkah daunku, beranting banyak, berakar kuat
Tapi tidak untuk sekarang, kini satu persatu daunku berguguran
Menghampiri tanah kekeringan

Rantingku semakin rapuh, akarku tak sanggup lagi menahan tubuhku
Orang di sekitar enggan menoleh kearahku
Aku tak mengerti mengapa semua ini terjadi begitu murni
Mereka tak lagi memperdulikan keadaanku

Bahkan tak lagi menyentuhku, untuk berteduhpun mereka tak mau
Apa lagi merawatku? Aku yang kekeringan haus akan air hujan
Berharap musim semi ini cepat berlalu
Dan tidak terjadi lagi padaku, cukup satu kali aku jumpai

Mengapa mereka tidak merawatku? Teriak hati kecilku
  Bukankah aku yang selalu berdo’a kepada sang Esa disela malam tidurnya?
Untuk kebahagian mereka didunia

Wahai insan yang mulia, dengarkanlah teriakan hati kecilku

Mata yang Berdosa

Tatkala kumenghampiri sebuah cermin
Tampak sesosok wajah
Yang telah kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat

Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya,
Bersinar di Surga sana
Ataukah wajah ini yang akan hangus tenggelam di neraka Jahanam?

Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan?
Menatap Allah, menatap rasulullah,
Menatap kekasih-kekasih Allah kelak

Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot,
Menganga raih menatap neraka jahanam
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini?

Sering kali kau buat maksiat dan kau bilang itu nikmat?
Hahaha sunggguh aku iba mendengarnya
Aku malu pada sang Esa yang selama ini memberiku kenikmatan
Namun aku lalai dan salah menggunakan
Astagfirullah hal adzim

Racun Cinta
Adakah orang  sedang kasmaran menyangka merahasiakan rasa cinta?
Sedangkan airmatanya masih bercucuran, hati yang terbakar api cinta
Kalau tiada rasa cinta, tentulah ku tak akan mencucurkan airmata
Saat teringat puing-puing rumah kekasih, tidak akan terjaga sepanjang malam,
Saat teringat pepohonan dan gunung-gunung di tempat kekasih
Kenapa aku masih ingkar akan cintaku? Padahal kejujuran airmata,
Sakit-sakitan adalah saksi atas cintaku
Rasa susah menatapkan dua garis di pipiku yang kuning pucat
Karena sakit, mata merahku selalu menangis mencucurkan darah airmata
(itu adalah bukti cintaku)
 Iya,,orang yang aku rindukan tiap malam, bayangannya nampak di depan mataku
Membuatku tak bisa tidur
Sakitnya cinta itu menghalangi kenikmatan
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku
Kini kau tahu keadaanku, pendustapun tahu rahasiaku
Padahal tidak juga kunjung sembuh penyakitku
Aku kira ubanku turut mencelaku, ubanku pastilah tulus memperingatkanku
Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaanku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DIKLAT PENGURUS PPBM PERIODE 2017-2018

DIKLAT PENGURUS PP. BUSTANUL MUTA’ALLIMIN Masa Khidmah (2017-2018)  Organisa...