NAMA : M. Kholil Mubarok
NIM : 15032030
MAKUL : Keterampilan Menulis
Musim
Semi
Aku pohon hijau
yang begitu subur
Merkah daunku,
beranting banyak, berakar kuat
Tapi tidak
untuk sekarang, kini satu persatu daunku berguguran
Menghampiri
tanah kekeringan
Rantingku
semakin rapuh, akarku tak sanggup lagi menahan tubuhku
Orang di
sekitar enggan menoleh kearahku
Aku tak
mengerti mengapa semua ini terjadi begitu murni
Mereka tak lagi
memperdulikan keadaanku
Bahkan tak lagi
menyentuhku, untuk berteduhpun mereka tak mau
Apa lagi
merawatku? Aku yang kekeringan haus akan air hujan
Berharap musim
semi ini cepat berlalu
Dan tidak
terjadi lagi padaku, cukup satu kali aku jumpai
Mengapa mereka
tidak merawatku? Teriak hati kecilku
Bukankah
aku yang selalu berdo’a kepada sang Esa disela malam tidurnya?
Untuk
kebahagian mereka didunia
Wahai insan
yang mulia, dengarkanlah teriakan hati kecilku
Mata yang Berdosa
Tatkala kumenghampiri sebuah cermin
Tampak sesosok wajah
Yang telah kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal
siapa yang kulihat
Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya
Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya,
Bersinar di Surga sana
Ataukah wajah ini yang akan hangus tenggelam di
neraka Jahanam?
Tatkala kutatap mata, nanar hatiku bertanya
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan
dan kerinduan?
Menatap Allah, menatap rasulullah,
Menatap kekasih-kekasih Allah kelak
Ataukah mata ini yang akan terbeliak, melotot,
Menganga raih menatap neraka jahanam
Akankah mata penuh maksiat ini akan
menyelamatkan?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama
ini?
Sering kali kau buat maksiat dan kau bilang itu
nikmat?
Hahaha sunggguh aku iba mendengarnya
Aku malu pada sang Esa yang selama ini
memberiku kenikmatan
Namun aku lalai dan salah menggunakan
Astagfirullah hal adzim
Racun
Cinta
Adakah orang sedang kasmaran menyangka merahasiakan rasa
cinta?
Sedangkan airmatanya
masih bercucuran, hati yang terbakar api cinta
Kalau tiada
rasa cinta, tentulah ku tak akan mencucurkan airmata
Saat teringat
puing-puing rumah kekasih, tidak akan terjaga sepanjang malam,
Saat teringat
pepohonan dan gunung-gunung di tempat kekasih
Kenapa aku masih
ingkar akan cintaku? Padahal kejujuran airmata,
Sakit-sakitan
adalah saksi atas cintaku
Rasa susah
menatapkan dua garis di pipiku yang kuning pucat
Karena sakit,
mata merahku selalu menangis mencucurkan darah airmata
(itu adalah
bukti cintaku)
Iya,,orang yang aku rindukan tiap malam,
bayangannya nampak di depan mataku
Membuatku tak
bisa tidur
Sakitnya cinta
itu menghalangi kenikmatan
Maafku untukmu
wahai para pencaci gelora cintaku
Seandainya kau
bersikap adil takkan kau cela aku
Kini kau tahu
keadaanku, pendustapun tahu rahasiaku
Padahal tidak
juga kunjung sembuh penyakitku
Aku kira ubanku
turut mencelaku, ubanku pastilah tulus memperingatkanku
Sungguh hawa
nafsuku tetap bebal tak tersadarkan
Sebab tak mau
tahu peringatan uban dan kerentaanku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar